Pengikut

Minggu, 03 Maret 2019

DASAR-DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM


DASAR-DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

MAKALAH

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran yang diampuh oleh:
Ibu Warni Tune Sumar, S.Pd, M.Pd





Disusun Oleh:
Kelompok III
Rosdiana Bambela
NIM. 131417041
Nurfahmi Moligai
NIM. 131417064

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

2019













KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah tentang Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. Kami berterima kasih pada Ibu Warni Tune Sumar, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini kepada kami. kami  sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dasar-dasar pengembangan kurikulum.
Kami  juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.










BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat didasari dalam sistem pendidikan nasional. Ini dikareakan kurikulum merupakan alay yang krusial dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun nonformal, sehingga gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain, sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri. Sejalan dengan tuntutan zaman, perkembanagan masyarakat, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan sudah menginjakkan kakinya ke dlam dunia inovasi. Inovasi dapat berjalan dan mencapai sasarannya, jika program pendidikan tersebut direncanakan dn dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan tuntutan.
Sabagai implikasinya, kesadaran tentang peran guru menigkat. Sebagai enaga profesional, guru merupakan pintu gerbang inovasi, sekaligus gerbang menuju ke pembangunan yang terintegrasi. Betapa tidak, karena pembangunan dapat terlaksana jika dimulai dari membangun manusia terlebih dahulu. Tanpa manusia yang caka, berpengetahuan, terampil, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab, pembangunan yang terintegrasi dapat terselenggara dan berhasil denga baik. Oleh karena itu, setiap guru dan tenaga kependidikan lainnya perlu dan harus memahami kurikulum sekolah tempat mereka bertugas dengan sebaik-baikya, sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam kurikulum.

B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a.    Peran guru dalam pengembangan kurikulum
b.    Sumber-sumber kurikulum
c.    Kondisi pengembangan kurikulum
d.   Kekuatan dan hambata yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
C.  Tujuan Identifikasi
Berdasarkan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah:
a.    Untuk mengetahui peran guru dalam pengembangan kurikulum
b.    Untuk mengetahui sumber-sumber kurikulum
c.    Untuk mengetahui kondisi pengembangan kurikulum
d.   Untuk mengetahui kekuatan dan hambata yang mempengaruhi pengembangan kurikulum

D.  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah ilmu pengetahuan tentang peran guru dalam pengembangan, sumber-sumber kurikulum, kondisi pengembangan kurikulum dan kekuatan serta hambatan yang mempengaruhi pengembangan kurikulum.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum
Guru memegang peranan yang amat penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang sebaik-baiknya. Guru tidak terbatas hanya sebagai pengajar dalam arti penyampaian pengetahuan akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pembelajaran secara efektif dalam suasana yang kondusif bagi siswa untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar untuk merancang kegiatan pembelajaran, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, merancang media pembelajaran, kegiatan evaluasi dan sebagainya. Maka guru dituntut lebih meningkatkan kinerja dalam pembelajaran.
Sukmadinata (dalam Sumar 2014: 170) di lihat dari segi pegelolaannya, pengemabangan kurikulum dapat dibedakan menjadi 3 yakni :
a.    Kurikulum berifat sentralisasi
b.    Kurikulum bersifat desentralisasi
c.    Kurikulum berifat sentral-dsentral
Tujuan utama pengembangan kurikulum yang uniform yang bersifat sentralisasi adalah untuk menciptakan persatuan da kesatuan bangsa serta dapat memberikan standar penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah negara Indoneia serta dapat memberika keseragaman dalam penilaian yakni :   
a.    Dalam segi penilaian
b.    Prosedur
c.    Alat penilaian serta standar penilaian
Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi yakni :
a.    Letak wilayah negara Indonesia terbentuk dari pulau-pulau satu sama lain letaknya berjauhan dan terpisahkan yang dibatasi oleh lautan
b.    Kondisi dan karakteristik setiap daerah berbeda-berbeda
c.    Perkembangan dan kemampuan sekolah berbeda-beda
d.   Adanya golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat
Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu dengan yang lainnya yakni : a) Tujuan, b) Materi,  c) Metode/media, d) Organisasi, e) Evaluasi. Komponen-komponen tersebut baik secara mandiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar utama dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran.
Guru sering mengeluh dalam pengembangan kurikulum, menunjukan bahwa tidak semua guru di sekolah betul-betul profesional dalam melaksanakan tugsnya. Dilihat melalui indikasi-indikasi penampilan guru sebagai berikut.
a)    Seringnya guru mengeluh kurikulum yang aat dengan beban bidang studi
b)   Seringnya siswa mengeluhkan cara mengajar guru yang tidak menarik
c)    Masih belum dapat dijamin mutu pendidikan sebagaimana dikehendaki oleh tujuan pendidikan nasional.

a.    Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Sentralisasi
            Peran guru dalam pengembangan kurikulum sentralisasi yaitu dalam hal ini tidak berperan dalam meranangnya dan mengevaluasi kurikulum mikro yang berpedoan pada kurikulum yang bersifat sentralisasi. Kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut dan evaluasi perlu dilakukan untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenan dengan pegalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan sesuai dengan kurikulum makro.
            Faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas peserta didik adalah kualitas mengajar guru. Guru diktakan berkualitas dalam mengajar apabila mampu menciptakan situasi belajar yang kondusif, mampu mengatasi problema yang dihadapi oleh peserta didik dalam belajar, mampu menciptakan media pembelajaran yang sesuai serta penggunaan metode yang tepat dan seagainya. Tugas guru menyusun dan merumuskan tujuan yag tepat, memilih dan menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan minat dan tahap perkembangan peserta didik, memilih metode dan media mengajar yang bervariasi, serta menyusun program dan alat evaluasi yang tepat sesuai dengan tuntutan kurikulum mkro. Walaupun kurikuum sudah tersusun dengan berstruktur, tetapi guru mampu mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyusaian sesuai yang diharapkan oleh tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan sekolah pada khususnya.
            Peran guru dalam mengimplementasi kurikulum makro dalam hal ini guru dituntut kreativitas, kecakapan, kesungguhan dan ketentuan, serta guru hendaknya mampu memilih dan menciptakan situasi-situasi belajar yang dapat menggairahkan siswa, mampu merencanakan, mampu mengimplementasikan, mampu mengevaluasi serta mampu menguasai keterampilan mengajar sehingga dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajran. Guru juga dapat menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif, memberikan pengarahan, memberikan tugas secara individual dan kelompok yang akan memperkaya dan memperdalam penguasaan siswa, serta dapat membantu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa-siswa.

b.    Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Desentralisasi      
            Peran guru dalam pengembangan kurikulum desentralisasi yaitu dalam hal ini kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok ekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah yang disesuaikan dengan kondisi sekolah yang diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah. Dengan demikian kurikulum isinya sangat beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri yang disusun melalui suatu wadah organisasi yakni melalui KKG dan MGMP.
            Pengembangan kurikulum secara desentralisasi disusun sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan, kurikulum dikembangkan seacara berdiversifikasi sesuai dengan kebutuhan potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan perkembanagan zaman dan masyarakat, kurikulum dikembangkan sesuai dengan tuntutan lingkungan dan budaya setempat.
            Sukmadinata (dalam Sumar, 2014: 174) mengemukakan pengembanagan kurikulum desentralisasi mempunyai beberapa kelebihan disamping juga kekurangan. Kelebihan-kelebihan diantaranya:
a)    Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
b)   Kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah baik kemampuan profesional, finansial maupun manajerial
c)    Disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya
d)   Ada motivasi kepala sekolah untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya dengan demikian akan terjadi kompetisi dalam pengembangan kurikulum

Kelemahan kurikulum desentralisasi adalah :
a)    Tidak adanya keseragaman, untuk situasi yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasiona, bentuk ini kurang tepat
b)   Tidak adanya standar penilaian yang sama, sehingga sukar untuk diperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolah/wilayah dengan sekolah lainnya
c)    Adnya kesulitan bila terjadi perpindahan sisw ke sekolah wilayah lain
d)   Belum semua sekolah/daerah mempunyai kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri
           
            Dengan demikian peran guru dalam pengembangan kurikulum dikelola secara desentralisasi punya batas-batas tertentu dari sentralisasi-desentralisasi, peranan guru secaradesentralisasi dalam mengelola kurikulum itu lebih besar dari pada secara sentralisasi. Guru menyusun kurikulum mulai dari program tahunan, program semester, program mingguan serta program harian yang dijabarkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sehingga guru banyak berpartisipasi dalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalam merumuskan setiap komponen dan unsur dari kurikulum, oleh sebab itu berhasilnya tidaknya kurikulum tergantung dari kemampuan guru. Dalam arti kegagalan siswa adalah guru dalam mengimplementasikan suatu kurikulum karena kurikulum oleh guru untuk siswa. Karena guru-guru sejak awal dalam penyusunan kurikulum telah diikuti sertakan memahami dan benar-benar menguasai kurikulum, dengan demikan pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat. Guru bukan hanya berperan sebagai pengajar atau pengguna tetapi sebgai perencana, pemikir, penyusun, pengorgenisasian, pengembang, dan pelaksana serta sebagai evaluator dalam kurikulum.

c.    Guru Sebagai Pengembang Kurikulum
            Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pedidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak didik agar tercipta insan-insan yang berkualitas, yang beriman dan bertaqwa serta memiliki kecerdasan baik intelektual, eosional maupun spiritual. Telah berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pembenahan sistem pendidikan seperti mengadakan erbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan, sejak dari pengembanagan dan pembaharuan kurikulum, peningkatan sistem manajemen pendidikan, serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam pembentukan manusia indonesia agar dapat hiup bersaing di era yang penuh tantangan dan segala perbahan.
            Dalam sistem pendidikan nasional sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah memuat berbagai dimensi yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan sifatnya yang unik menunjukkan bahwa sekolah memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh lembaga lain seperti terjadinya proses pembelajran kepada peserta didik dn tersengggaranya pembudayaan kehidupan kepada umat manusia.
            Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturn Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.
            Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif. Proses belajar mengajar yang efektif akan berguna untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran. Sebab pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pelaksanaan pendidikan secara  keseluruhan, berhasil tidaknya tujuan pembelajaran di kelas, banyak ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain guru, fasilitas pembelajran, media pembelajaran serta lingkungan sekolah yang kondusif.
            Guru sebagai pekerja profesi secara holistik berada pada posisi tertinggi dalam sistem pendidikan nasional karena guru dalam melaksakan tugas profesionalnya memiliki otonomi yang kuat. Sehingga tenaga profesional seorang guru dituntut untuk harus mampu mengelola pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi serta tidak lanjut dalam melaksanakan hasil pembelajaran serta optimal bagi tercapinya tujuan pendidikan.
            Guru menempati posisi strategis dalam perwujudan tujuan pendidikan yang optimal. Oleh karena itu guru dituntut meningktakan profesionalisme dan keterampilannya dalam mengelola pembelajaran, sebab hanya dengan modal komptensi guru dapat mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Hal ini didasarkan pada satu anggapan bahwa ditangan gurulh tujuan pendidikan tercapainya sesuai dengan amanat dan sistem pendidikan nasional. Selain itu guru juga dipandang sebagai faktor kunci dalam proses pembelajaran, dimana guru yang berinteraksi langsung dengan siswa, sehingga perilaku guru dapat di pengaruhi langsung dalam proses pembelajaran.
           

Menurut Oemar Hamalik (2009:  232) peran guru dalam pengembangan kurikulum yaitu:
a.    Pengelolaan administrati
b.    Pengelolaan konseling dan pengembangan kurikulum
c.    Guru sebagai tenaga profesi kependidikan
d.   Berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum
e.    Meningkatkan keberhasilan sistem intruksional
f.     Pendekatan kurikulum
g.    Meningkatkan pemahaman konsep diri
h.    Memupuk hubungan timbal-balik yang harmonis dengan siswa

B.  Sumber-Sumber Kurikulum
Menurut Oemar Hamalik (2014: 102) sumber-sumber kurikulum adalah sebagai berikut:
a.    Falsafah
Sekolah adalah institusi sosial yang mengembangkan tugas menyiapkan para siswa menjadi warga masyarakat, yang sesuai dengan cita-cita, harapan, dan nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat tersebut. Oleh karena itu, program sekolah haruslah didasarkan dan diarahkan sejalan dengan kondisi ipoleksesbud (ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya) dari masyarakat tersebut. Dengan demikian, keberhasilan dan jalannya proses pendidikan harus dilaksanakan dalam suatu pola kurikulum yang terencana dan bertujuan sesuai dengan pandangan masyarakat.
1.    Falsafat pendidikan
            Pendidikan merupakan proses sosial yang bertujuan membentuk manusia yang baik. Tujuan pendidikan disusun berdasrakan kumpulan pemikiran sebuah falsafah pendidikan. Dalam sekolah pada umumnya terdapat empat falsafah pendidikan yaitu:
a.    Rekonstruksisme
     Menurut Hilda Taba (dalam Hamalik, 2009: 62) John Dewey secara konsisten mengamati fungsih sekolah dalam kaidah psikologi. Berdasarkan filsafat Dewey, rekonstruksisme mengikuti sebuah alur, yang meyakini dan mengemukakan bahwa keberadaan sekolah adalah untuk adanya perbaikan dalam masyarakat. Beberapa pendidikan setuju bahwa pemuda harus memikirkan tantangan dan masalah sosial, ekonomi, polotik, dan berusaha untuk mencapai mufakat dalam mencari solusi. Premis utama dari falsafah ini adalah untuk menjadikan sekolah sebagai agen utama dalam perubahan sosial.
b.    Perenialisme
     Robert M. Hutchinis dikenal sebagai orang yang menguraikan falsafah perenialisme di Amerika. Menurutnya, perenialisme diajukan dari kebutuhan-kebutuhan sekarang siswa, spesifikasi pendidikan, dan latihan kejuruan. Hutchins memberi penekanan ini ketika ia menyatakan bahwa pendidikan yang disempurnakan untuk kebutuhan yang mendesak, bukanlah sebuah pendidikan yang bermanfaat. Pendidikan ideal adalah sebuah pendidikan yang ikut memperhatikan pengembangan pikiran. Secara garis besar, perenialisme tidak dapat membuktikan sebuah filsafat yang menarik untuk sistem pendidikan.
c.    Ensensialisme
     Menurut esensialis, pendidikan bertujuan untuk menyebarkan budaya, apabila rekontrusiksionis hendak mengubah masyarakat secara aktif, sebaliknya esensialis menghindari hal tersebut. Bahan pokok kurikulum adalah sebuah rencana esensialis tentang organisasi kurikulum dan teknik-teknik pemberian pelajaran, dengan tes sebagai metodenya.
d.   Progresivisme
     Tokoh-tokoh progresivisme seperti John Dewey, William H. Kilpatrick, John Childs dan Boyd Bode berupaya menyajikan bahan dasar bagi para pelajar. Berkaitan dengan hal ini, penganut progresivisme  membuka sekolah untuk anak-anak sebgai sekolah penelitian di Universitas Chicago. Para progresivis mendorong sekolah agar menyediakan pelajaran bagi setiap individu yang berbeda, baik dalam mental, fisik, emosi, spritual, dan perbedaan sosial.
2.    Falsafah negara pancasila sebagai dasar pendidikan nasional
     Dalam ketetapan MPR-RI No. IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, dikemukakan bahwa pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlansung seumur hidup. Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, maupun mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, dan mencintai bangsa dan sesama manusia, sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.
a.    Kemasyarakatan
     Pendidikan merupakan suatu proses sosial, karena berfungsi memasyarakatkan anak didik melalui proses sosialisasi di dalam masyarakat tertentu. Sekolah, sebagai salah satu institusi pendidikan, berperan juga sebagai institusi sosial, karena melalui lembaga tersebut anak dipersiapkan untuk mampu terjun dan aktif dalam kehidupan masyarakatnya kelak. Anak-anak berasal dari masyarakat, dan mereka belajar tentang cara hidup dalam masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus bekerja sama dengan masyarakat, dan program sekolah harus disusun dan diarahkan oleh masyarakat yang menunjang sekolah tersebut. Program pendidikan disusun dan dipengaruhi oleh nilai, masalah, kebutuhan, dan tantangan dalam masyarakat sekitarnya. Ini bearti kurikulum disusun berlandaskan dasar sosiologis.
b.    Sosial-budaya
Faktor sosial-budaya sangat penting dalam penyusunan kurikulum yang relevan, karena kurikulum karena kurikulu merupakan alat untuk merealisasikan sistem pendidikan, sebagai salah satu dimensi dari kebudayaan. Implikasi dasarnya adalah sebagai berikut:
a)        Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial-budaya masyarakat. Kurikulum disusun bukan saja harus berdasarkan nilai, adat istiadat, cita-cita darii masyarakat, tetapi juga harus berlandaskan semua dimensi kebudayaan seperti kehidupan keluarga, ekonomi, politik, pendidikan dan sebagainya.
b)        Karena kondisi sosial-budaya senantiasa berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan dengan masyarakat, maka kurikulum harus disusun dengan memperhatikan unsur fleksibilitas dan bersifat dinamis, sehingga kurikulum tersebut senantiasa relevan dengan masyarakat. Konsekuensi logisnya, pada waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi  kurikulum, sesuai dengan perkembangan sosial-budaya yang ada saat itu.
c)        Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial-budaya dalam masyarakat. Ini bukan hanya dimaksudkan untuk membudayakan anak didi, tetapi sejalan dengan usaha mengawetkan kebudayaaan itu sendiri. Kemajuan dalam teknologi akan memberikan bahan yang memadai dalam penyampaian teknologi baru pada para siswa, yang sekaligus mempersiapkan para siswa tersebut agar mampu hidup dalam teknologi itu. Dengan demikian, sekolah benar-benar dapat mengemban peran dan fungsinya sebagai lembaga modernisasi.
d)       Kurikulum di sekolah-sekolah kita harus disusun berdasarkan kebudayaan nasional yang berlandaskan pada falsafah pancasila, yang mencakup perkembangan kebudayaan daerah. Integrasi kebudayaan nasional akan tercermin dalam isi dan organisasi kurikulum, karena sistem pendidikan kita bermaksud membudayakan anak didik kita berdasarkan kebudayaan masyarakat dan bangsa kita sendiri.
c.    Pskilogi Belajar
Sekolah berfungsi menciptakan lingkungan belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah perlu menyusun suatu program yang tepat dan serasi, sehingga memungkinkan para siswa melakukan kegiatan belajar secara efesien dan berhasil. Program tersebut dinamakan dengan kurikulum. Itulah sebabnya, permasalahan psikologi belajar dan sifat-sifat belajar perlu mendapat perhatian dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum. Hal dasar ini pula yang menyebabkan perbedaan kurikulum dalam semua jenjang pendidikan, karena sifat dan kegiatan belajar tersebut sejalan dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan siswa, Sejak Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi.
d.   Perkembangan siswa
Siswa merupakan suatu komponen input dalam proses pendidikan. Berhasil atau tidak proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Peresapan bahan pelajaran yang disampaikan guru juga bergantung pada sambutan siswa, selain dari itu, hasil pendidikan dan proses kemajuannya sudah tentu tidak sama untuk setiap siwa, karena adanya berbagai perbedaan individu, baik fisik, psikologis, amupun kondisi sosial-budaya tempat mereka hidup. Berdasarkan uaraian tersebut, cukup logis dan wajar jika faktor siswa harus mendapat perhatian seksama dalam penyusunan kurikulum.

C.  Dalam kondisi yang bagaimana pengembangan kurikulum dilakukan
Pengembangan kurikulum dilakukan disesuaikan dengan kondisi perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan masyarakat dan perkembangan teknologi. Pengembangan dilakukan karena ilmu pengetahuan itu sendiri bersifat dinamis, selain itu perubahan tersebut dinilai dipengarui oleh kebutuhan manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh perubahan iklim ekonomi, politik dan kebudayaan. Perkembangan kurikulum saat ini terus mengalami perubahan atau pengembangan sesuai dengan tuntutan zaman serta terus mengalami penyempurnan dalam segi muatan, pelaksanaan dan evaluasinya. Kurkulum harus mampu mengakodasikan kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar, oleh karena itu merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu tidak mudah harus dapat melibatkan seluruh stakeholder dalam pendidikan.

D.  Kekuatan dan hambatan yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
a.    Kekuatan yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
            Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.

a)    Perguruan tinggi
            Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari Perguruan Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan teknologi yang dikembangakan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Telah diuraikan terdahulu bahwa pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan Tinggi akan mempengauhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknolgi selain menjadi isi kurikulum juga mendudkung pengembanagn alat bantu dan media pendidika.
            Kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutam melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya. Penguasaan ilmu, baik ilmu pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi  pengembangan dan implementasi kuruikulum di sekolah.

b)   Masyarakat
            Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagian bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat homogen atau heterogen, masyrakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha. Perkembanagan dunia usaha yang ada dimasyarakat mempengaruhi pengembangan kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan perusahaan yang ada di masyarakat menuntut persiapanya di sekolah.
c)    Sistem nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasi dalam kurikulum. Masalh utama yang dihadapi para pengembang kurikulum menghadapi nilai ini adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset. Masyarakat memiliki kelompok-kelomok sosial, spiritual dan seabagainya yang tiap kelompok sering memiliki nilai yang berbeda. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, fifik, estetika, etika, dan religius. Aspek-aspek tersebutt sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nila yaitu : a) guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat, b) guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis.\, dan moral, c) guru berusaha menjadikan didirnya sebagai teladan yang patut ditiru, d) guru menghargai nila-nilai kelompok lain, e) memahami dan menerima keragaman kebudayan sendiri.

b.   Hambatan yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
            Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan yaitu Terletak pada guru yaitu guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal seperti kurang waktu, kekurangan kesesuaian pendapat baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator dan juga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
            Hambatan lain datang dari masyarakat yaitu untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umapn balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.
            Hambatan lain yang dihadapi oleh pengembangan kurikulum adalah masalah biaya. Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan eksperimen baik metode, isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.



























BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
            Pengembagan kurikulum melibatkan banyak pihak, terutama guru yang mengajar dikelas. Setiap guru mengemban tanggungjawab secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengadministrasian, dan perubahan kurikulum sejauh mana keterlibatan guru akan turut menentukan keberhasilan pengajaran di sekolah. Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah harus selalu melakukan evaluasi atau penilaian kurikulum baik setiap akhir proses pembelajaran maupun selama berlangsung proses pembelajaran denga tujuan dapat mengetahui kelebihn dan kelemahan dari pelaksanaan kurikulum dan dapat ditindak lanjuti menuju perbaikan dimasa yang akan datang.

B.  Saran
Makalah ini telah membahas hambatan-hambatan dalam pengembangan kurikulum, dengan begitu pembaca akan mengetahui hambatan-hambatan tersebut. Saran dari kelompok kami marila sama-sama kita mencari solusi mengenai hambatan tersebut dan menerapkan dalam aspek kehidupan, khususnya dalam pendidikan sehingga kurikulum dapat dikembangkan dengan baik secara efektif dan efisien.










DAFTAR PUSTAKA

Nana Syaodi Sukmadinata. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. PT Remaja Rosakarya. Bandung.
Oemar Hamalik. 2009. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. PT Remaja Rosakarya. Bandung.
Warni T.Sumar. 2014. Pengembangan Kurikulum. Tim Kreatif Ideas Publishing. Gorontalo