DASAR-DASAR
PENGEMBANGAN KURIKULUM
MAKALAH
Di ajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah
Manajemen Kurikulum dan
Pembelajaran yang diampuh oleh:
Ibu Warni Tune Sumar, S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok
III
Rosdiana Bambela
NIM. 131417041
Nurfahmi Moligai
NIM. 131417064
UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN
2019
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah tentang Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. Kami berterima kasih pada Ibu Warni Tune Sumar, S.Pd, M.Pd selaku dosen mata kuliah Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai dasar-dasar pengembangan kurikulum.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pentingnya
peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat didasari dalam sistem pendidikan
nasional. Ini dikareakan kurikulum merupakan alay yang krusial dalam merealisasikan
program pendidikan, baik formal maupun nonformal, sehingga gambaran sistem
pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan kata lain,
sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri. Sejalan
dengan tuntutan zaman, perkembanagan masyarakat, serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dunia pendidikan sudah menginjakkan kakinya ke dlam
dunia inovasi. Inovasi dapat berjalan dan mencapai sasarannya, jika program
pendidikan tersebut direncanakan dn dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan
tuntutan.
Sabagai implikasinya,
kesadaran tentang peran guru menigkat. Sebagai enaga profesional, guru
merupakan pintu gerbang inovasi, sekaligus gerbang menuju ke pembangunan yang
terintegrasi. Betapa tidak, karena pembangunan dapat terlaksana jika dimulai
dari membangun manusia terlebih dahulu. Tanpa manusia yang caka,
berpengetahuan, terampil, cerdas, kreatif dan bertanggung jawab, pembangunan
yang terintegrasi dapat terselenggara dan berhasil denga baik. Oleh karena itu,
setiap guru dan tenaga kependidikan lainnya perlu dan harus memahami kurikulum
sekolah tempat mereka bertugas dengan sebaik-baikya, sesuai dengan ketentuan
yang telah digariskan dalam kurikulum.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
a. Peran
guru dalam pengembangan kurikulum
b. Sumber-sumber
kurikulum
c. Kondisi
pengembangan kurikulum
d. Kekuatan
dan hambata yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
C. Tujuan Identifikasi
Berdasarkan
rumusan masalah maka yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah:
a. Untuk
mengetahui peran guru dalam pengembangan kurikulum
b. Untuk
mengetahui sumber-sumber kurikulum
c. Untuk
mengetahui kondisi pengembangan kurikulum
d. Untuk
mengetahui kekuatan dan hambata yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
D. Manfaat Penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah ilmu pengetahuan tentang peran
guru dalam pengembangan, sumber-sumber kurikulum, kondisi pengembangan
kurikulum dan kekuatan serta hambatan yang mempengaruhi pengembangan kurikulum.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Peran Guru Dalam Pengembangan
Kurikulum
Guru
memegang peranan yang amat penting dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
sebaik-baiknya. Guru tidak terbatas hanya sebagai pengajar dalam arti penyampaian
pengetahuan akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pembelajaran secara
efektif dalam suasana yang kondusif bagi siswa untuk itu guru harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar untuk
merancang kegiatan pembelajaran, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan,
memilih metode, merancang media pembelajaran, kegiatan evaluasi dan sebagainya.
Maka guru dituntut lebih meningkatkan kinerja dalam pembelajaran.
Sukmadinata
(dalam Sumar 2014: 170) di lihat dari segi pegelolaannya, pengemabangan
kurikulum dapat dibedakan menjadi 3 yakni :
a. Kurikulum
berifat sentralisasi
b. Kurikulum
bersifat desentralisasi
c. Kurikulum
berifat sentral-dsentral
Tujuan
utama pengembangan kurikulum yang uniform yang bersifat sentralisasi adalah
untuk menciptakan persatuan da kesatuan bangsa serta dapat memberikan standar
penguasaan yang sama bagi seluruh wilayah negara Indoneia serta dapat memberika
keseragaman dalam penilaian yakni :
a. Dalam
segi penilaian
b. Prosedur
c. Alat
penilaian serta standar penilaian
Hal ini dilatarbelakangi oleh
beberapa kondisi yakni :
a. Letak
wilayah negara Indonesia terbentuk dari pulau-pulau satu sama lain letaknya
berjauhan dan terpisahkan yang dibatasi oleh lautan
b. Kondisi
dan karakteristik setiap daerah berbeda-berbeda
c. Perkembangan
dan kemampuan sekolah berbeda-beda
d. Adanya
golongan atau kelompok tertentu dalam masyarakat
Kurikulum
sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu
dengan yang lainnya yakni : a) Tujuan, b) Materi, c) Metode/media, d) Organisasi, e) Evaluasi.
Komponen-komponen tersebut baik secara mandiri maupun secara bersama-sama
menjadi dasar utama dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran.
Guru
sering mengeluh dalam pengembangan kurikulum, menunjukan bahwa tidak semua guru
di sekolah betul-betul profesional dalam melaksanakan tugsnya. Dilihat melalui
indikasi-indikasi penampilan guru sebagai berikut.
a)
Seringnya guru mengeluh kurikulum yang
aat dengan beban bidang studi
b)
Seringnya siswa mengeluhkan cara
mengajar guru yang tidak menarik
c)
Masih belum dapat dijamin mutu
pendidikan sebagaimana dikehendaki oleh tujuan pendidikan nasional.
a.
Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum
Sentralisasi
Peran guru dalam pengembangan kurikulum sentralisasi
yaitu dalam hal ini tidak berperan dalam meranangnya dan mengevaluasi kurikulum
mikro yang berpedoan pada kurikulum yang bersifat sentralisasi. Kurikulum
adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan
standar nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang
harus dijalani untuk mencapai kemampuan tersebut dan evaluasi perlu dilakukan
untuk menentukan tingkat kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang
berkenan dengan pegalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi
dirinya pada satuan pendidikan sesuai dengan kurikulum makro.
Faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas peserta
didik adalah kualitas mengajar guru. Guru diktakan berkualitas dalam mengajar
apabila mampu menciptakan situasi belajar yang kondusif, mampu mengatasi
problema yang dihadapi oleh peserta didik dalam belajar, mampu menciptakan
media pembelajaran yang sesuai serta penggunaan metode yang tepat dan
seagainya. Tugas guru menyusun dan merumuskan tujuan yag tepat, memilih dan
menyusun bahan pelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan minat
dan tahap perkembangan peserta didik, memilih metode dan media mengajar yang
bervariasi, serta menyusun program dan alat evaluasi yang tepat sesuai dengan
tuntutan kurikulum mkro. Walaupun kurikuum sudah tersusun dengan berstruktur,
tetapi guru mampu mengadakan penyempurnaan dan penyesuaian-penyusaian sesuai
yang diharapkan oleh tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan sekolah pada
khususnya.
Peran guru dalam mengimplementasi kurikulum makro dalam
hal ini guru dituntut kreativitas, kecakapan, kesungguhan dan ketentuan, serta
guru hendaknya mampu memilih dan menciptakan situasi-situasi belajar yang dapat
menggairahkan siswa, mampu merencanakan, mampu mengimplementasikan, mampu
mengevaluasi serta mampu menguasai keterampilan mengajar sehingga dapat
memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajran. Guru juga dapat
menciptakan situasi kompetitif dan kooperatif, memberikan pengarahan,
memberikan tugas secara individual dan kelompok yang akan memperkaya dan
memperdalam penguasaan siswa, serta dapat membantu mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa-siswa.
b. Peran
Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Desentralisasi
Peran guru dalam pengembangan kurikulum desentralisasi
yaitu dalam hal ini kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun
kelompok ekolah tertentu dalam suatu wilayah atau daerah yang disesuaikan
dengan kondisi sekolah yang diperuntukkan bagi suatu sekolah atau lingkungan
wilayah tertentu. Pengembangan kurikulum didasarkan atas karakteristik,
kebutuhan, perkembangan daerah. Dengan demikian kurikulum isinya sangat
beragam, tiap sekolah atau wilayah mempunyai kurikulum sendiri yang disusun melalui
suatu wadah organisasi yakni melalui KKG dan MGMP.
Pengembangan kurikulum secara desentralisasi disusun
sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang
pendidikan, kurikulum dikembangkan seacara berdiversifikasi sesuai dengan kebutuhan
potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan perkembanagan zaman dan
masyarakat, kurikulum dikembangkan sesuai dengan tuntutan lingkungan dan budaya
setempat.
Sukmadinata (dalam Sumar, 2014: 174) mengemukakan
pengembanagan kurikulum desentralisasi mempunyai beberapa kelebihan disamping
juga kekurangan. Kelebihan-kelebihan diantaranya:
a)
Kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat
b)
Kurikulum sesuai dengan tingkat dan
kemampuan sekolah baik kemampuan profesional, finansial maupun manajerial
c)
Disusun oleh guru-guru sendiri dengan
demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya
d)
Ada motivasi kepala sekolah untuk
mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya
dengan demikian akan terjadi kompetisi dalam pengembangan kurikulum
Kelemahan kurikulum
desentralisasi adalah :
a)
Tidak adanya keseragaman, untuk situasi
yang membutuhkan keseragaman demi persatuan dan kesatuan nasiona, bentuk ini
kurang tepat
b)
Tidak adanya standar penilaian yang
sama, sehingga sukar untuk diperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu
sekolah/wilayah dengan sekolah lainnya
c) Adnya
kesulitan bila terjadi perpindahan sisw ke sekolah wilayah lain
d)
Belum semua sekolah/daerah mempunyai
kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri
Dengan demikian peran guru dalam pengembangan kurikulum
dikelola secara desentralisasi punya batas-batas tertentu dari
sentralisasi-desentralisasi, peranan guru secaradesentralisasi dalam mengelola
kurikulum itu lebih besar dari pada secara sentralisasi. Guru menyusun
kurikulum mulai dari program tahunan, program semester, program mingguan serta
program harian yang dijabarkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) sehingga guru banyak berpartisipasi dalam menyusun kurikulum yang
menyeluruh untuk sekolahnya. Guru-guru turut memberi andil dalam merumuskan
setiap komponen dan unsur dari kurikulum, oleh sebab itu berhasilnya tidaknya
kurikulum tergantung dari kemampuan guru. Dalam arti kegagalan siswa adalah
guru dalam mengimplementasikan suatu kurikulum karena kurikulum oleh guru untuk
siswa. Karena guru-guru sejak awal dalam penyusunan kurikulum telah diikuti
sertakan memahami dan benar-benar menguasai kurikulum, dengan demikan
pelaksanaan kurikulum di dalam kelas akan lebih tepat. Guru bukan hanya berperan
sebagai pengajar atau pengguna tetapi sebgai perencana, pemikir, penyusun,
pengorgenisasian, pengembang, dan pelaksana serta sebagai evaluator dalam
kurikulum.
c.
Guru Sebagai Pengembang Kurikulum
Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pedidikan Nasional Pasal 3 menyatakan bahwa
tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak didik
agar tercipta insan-insan yang berkualitas, yang beriman dan bertaqwa serta
memiliki kecerdasan baik intelektual, eosional maupun spiritual. Telah berbagai
upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pembenahan sistem pendidikan seperti
mengadakan erbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan, sejak dari pengembanagan
dan pembaharuan kurikulum, peningkatan sistem manajemen pendidikan, serta pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana
dalam pembentukan manusia indonesia agar dapat hiup bersaing di era yang penuh
tantangan dan segala perbahan.
Dalam sistem pendidikan nasional sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena
sekolah memuat berbagai dimensi yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan
saling menentukan. Sedangkan sifatnya yang unik menunjukkan bahwa sekolah
memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh lembaga lain seperti
terjadinya proses pembelajran kepada peserta didik dn tersengggaranya
pembudayaan kehidupan kepada umat manusia.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain
Peraturn Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar
penilaian pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses
belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif. Proses
belajar mengajar yang efektif akan berguna untuk meningkatkan kemampuan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dalam tujuan pembelajaran.
Sebab pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pelaksanaan pendidikan secara
keseluruhan, berhasil tidaknya tujuan pembelajaran di kelas, banyak
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain guru, fasilitas pembelajran, media
pembelajaran serta lingkungan sekolah yang kondusif.
Guru sebagai pekerja profesi secara holistik berada pada
posisi tertinggi dalam sistem pendidikan nasional karena guru dalam melaksakan
tugas profesionalnya memiliki otonomi yang kuat. Sehingga tenaga profesional
seorang guru dituntut untuk harus mampu mengelola pembelajaran, dan
melaksanakan evaluasi serta tidak lanjut dalam melaksanakan hasil pembelajaran
serta optimal bagi tercapinya tujuan pendidikan.
Guru menempati posisi strategis dalam perwujudan tujuan
pendidikan yang optimal. Oleh karena itu guru dituntut meningktakan
profesionalisme dan keterampilannya dalam mengelola pembelajaran, sebab hanya
dengan modal komptensi guru dapat mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik. Hal ini didasarkan pada satu anggapan bahwa ditangan gurulh tujuan
pendidikan tercapainya sesuai dengan amanat dan sistem pendidikan nasional.
Selain itu guru juga dipandang sebagai faktor kunci dalam proses pembelajaran,
dimana guru yang berinteraksi langsung dengan siswa, sehingga perilaku guru
dapat di pengaruhi langsung dalam proses pembelajaran.
Menurut
Oemar Hamalik (2009: 232) peran guru
dalam pengembangan kurikulum yaitu:
a.
Pengelolaan administrati
b.
Pengelolaan konseling dan pengembangan
kurikulum
c.
Guru sebagai tenaga profesi kependidikan
d.
Berpartisipasi dalam pengembangan
kurikulum
e.
Meningkatkan keberhasilan sistem
intruksional
f.
Pendekatan kurikulum
g.
Meningkatkan pemahaman konsep diri
h.
Memupuk hubungan timbal-balik yang
harmonis dengan siswa
B. Sumber-Sumber Kurikulum
Menurut
Oemar Hamalik (2014: 102) sumber-sumber kurikulum adalah sebagai berikut:
a.
Falsafah
Sekolah adalah
institusi sosial yang mengembangkan tugas menyiapkan para siswa menjadi warga
masyarakat, yang sesuai dengan cita-cita, harapan, dan nilai-nilai yang berlaku
dan dianut oleh masyarakat tersebut. Oleh karena itu, program sekolah haruslah
didasarkan dan diarahkan sejalan dengan kondisi ipoleksesbud (ideologi,
politik, ekonomi, sosial, dan budaya) dari masyarakat tersebut. Dengan
demikian, keberhasilan dan jalannya proses pendidikan harus dilaksanakan dalam
suatu pola kurikulum yang terencana dan bertujuan sesuai dengan pandangan
masyarakat.
1.
Falsafat pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosial
yang bertujuan membentuk manusia yang baik. Tujuan pendidikan disusun
berdasrakan kumpulan pemikiran sebuah falsafah pendidikan. Dalam sekolah pada
umumnya terdapat empat falsafah pendidikan yaitu:
a.
Rekonstruksisme
Menurut Hilda Taba (dalam Hamalik, 2009:
62) John Dewey secara konsisten mengamati fungsih sekolah dalam kaidah
psikologi. Berdasarkan filsafat Dewey, rekonstruksisme mengikuti sebuah alur, yang
meyakini dan mengemukakan bahwa keberadaan sekolah adalah untuk adanya
perbaikan dalam masyarakat. Beberapa pendidikan setuju bahwa pemuda harus
memikirkan tantangan dan masalah sosial, ekonomi, polotik, dan berusaha untuk
mencapai mufakat dalam mencari solusi. Premis utama dari falsafah ini adalah
untuk menjadikan sekolah sebagai agen utama dalam perubahan sosial.
b.
Perenialisme
Robert M. Hutchinis dikenal sebagai orang
yang menguraikan falsafah perenialisme di Amerika. Menurutnya, perenialisme
diajukan dari kebutuhan-kebutuhan sekarang siswa, spesifikasi pendidikan, dan
latihan kejuruan. Hutchins memberi penekanan ini ketika ia menyatakan bahwa
pendidikan yang disempurnakan untuk kebutuhan yang mendesak, bukanlah sebuah
pendidikan yang bermanfaat. Pendidikan ideal adalah sebuah pendidikan yang ikut
memperhatikan pengembangan pikiran. Secara garis besar, perenialisme tidak
dapat membuktikan sebuah filsafat yang menarik untuk sistem pendidikan.
c.
Ensensialisme
Menurut esensialis, pendidikan bertujuan
untuk menyebarkan budaya, apabila rekontrusiksionis hendak mengubah masyarakat
secara aktif, sebaliknya esensialis menghindari hal tersebut. Bahan pokok
kurikulum adalah sebuah rencana esensialis tentang organisasi kurikulum dan
teknik-teknik pemberian pelajaran, dengan tes sebagai metodenya.
d.
Progresivisme
Tokoh-tokoh progresivisme seperti John
Dewey, William H. Kilpatrick, John Childs dan Boyd Bode berupaya menyajikan
bahan dasar bagi para pelajar. Berkaitan dengan hal ini, penganut
progresivisme membuka sekolah untuk
anak-anak sebgai sekolah penelitian di Universitas Chicago. Para progresivis
mendorong sekolah agar menyediakan pelajaran bagi setiap individu yang berbeda,
baik dalam mental, fisik, emosi, spritual, dan perbedaan sosial.
2.
Falsafah negara pancasila sebagai dasar
pendidikan nasional
Dalam ketetapan MPR-RI No. IV/MPR/1973
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara, dikemukakan bahwa pendidikan pada
hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan di luar sekolah serta berlansung seumur hidup. Pembangunan di bidang
pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk
membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, maupun mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, mampu
mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, dan
mencintai bangsa dan sesama manusia, sesuai dengan ketentuan yang termaktub
dalam Undang-Undang Dasar 1945.
a.
Kemasyarakatan
Pendidikan merupakan suatu proses sosial,
karena berfungsi memasyarakatkan anak didik melalui proses sosialisasi di dalam
masyarakat tertentu. Sekolah, sebagai salah satu institusi pendidikan, berperan
juga sebagai institusi sosial, karena melalui lembaga tersebut anak dipersiapkan
untuk mampu terjun dan aktif dalam kehidupan masyarakatnya kelak. Anak-anak
berasal dari masyarakat, dan mereka belajar tentang cara hidup dalam
masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus bekerja sama dengan masyarakat, dan
program sekolah harus disusun dan diarahkan oleh masyarakat yang menunjang
sekolah tersebut. Program pendidikan disusun dan dipengaruhi oleh nilai,
masalah, kebutuhan, dan tantangan dalam masyarakat sekitarnya. Ini bearti
kurikulum disusun berlandaskan dasar sosiologis.
b.
Sosial-budaya
Faktor
sosial-budaya sangat penting dalam penyusunan kurikulum yang relevan, karena
kurikulum karena kurikulu merupakan alat untuk merealisasikan sistem
pendidikan, sebagai salah satu dimensi dari kebudayaan. Implikasi dasarnya
adalah sebagai berikut:
a)
Kurikulum harus disusun berdasarkan
kondisi sosial-budaya masyarakat. Kurikulum disusun bukan saja harus
berdasarkan nilai, adat istiadat, cita-cita darii masyarakat, tetapi juga harus
berlandaskan semua dimensi kebudayaan seperti kehidupan keluarga, ekonomi,
politik, pendidikan dan sebagainya.
b)
Karena kondisi sosial-budaya senantiasa
berubah dan berkembang sejalan dengan perubahan dengan masyarakat, maka
kurikulum harus disusun dengan memperhatikan unsur fleksibilitas dan bersifat
dinamis, sehingga kurikulum tersebut senantiasa relevan dengan masyarakat.
Konsekuensi logisnya, pada waktunya perlu diadakan perubahan dan revisi kurikulum, sesuai dengan perkembangan
sosial-budaya yang ada saat itu.
c)
Program kurikulum harus disusun dan
mengandung materi sosial-budaya dalam masyarakat. Ini bukan hanya dimaksudkan
untuk membudayakan anak didi, tetapi sejalan dengan usaha mengawetkan
kebudayaaan itu sendiri. Kemajuan dalam teknologi akan memberikan bahan yang
memadai dalam penyampaian teknologi baru pada para siswa, yang sekaligus
mempersiapkan para siswa tersebut agar mampu hidup dalam teknologi itu. Dengan
demikian, sekolah benar-benar dapat mengemban peran dan fungsinya sebagai
lembaga modernisasi.
d) Kurikulum
di sekolah-sekolah kita harus disusun berdasarkan kebudayaan nasional yang
berlandaskan pada falsafah pancasila, yang mencakup perkembangan kebudayaan
daerah. Integrasi kebudayaan nasional akan tercermin dalam isi dan organisasi
kurikulum, karena sistem pendidikan kita bermaksud membudayakan anak didik kita
berdasarkan kebudayaan masyarakat dan bangsa kita sendiri.
c.
Pskilogi Belajar
Sekolah
berfungsi menciptakan lingkungan belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, sekolah perlu menyusun suatu program yang tepat
dan serasi, sehingga memungkinkan para siswa melakukan kegiatan belajar secara
efesien dan berhasil. Program tersebut dinamakan dengan kurikulum. Itulah
sebabnya, permasalahan psikologi belajar dan sifat-sifat belajar perlu mendapat
perhatian dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum. Hal dasar ini pula yang
menyebabkan perbedaan kurikulum dalam semua jenjang pendidikan, karena sifat
dan kegiatan belajar tersebut sejalan dengan tingkat perkembangan dan
pertumbuhan siswa, Sejak Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi.
d.
Perkembangan siswa
Siswa merupakan
suatu komponen input dalam proses
pendidikan. Berhasil atau tidak proses pendidikan banyak bergantung pada
keadaan, kemampuan, dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Peresapan bahan
pelajaran yang disampaikan guru juga bergantung pada sambutan siswa, selain
dari itu, hasil pendidikan dan proses kemajuannya sudah tentu tidak sama untuk
setiap siwa, karena adanya berbagai perbedaan individu, baik fisik, psikologis,
amupun kondisi sosial-budaya tempat mereka hidup. Berdasarkan uaraian tersebut,
cukup logis dan wajar jika faktor siswa harus mendapat perhatian seksama dalam
penyusunan kurikulum.
C. Dalam kondisi yang bagaimana
pengembangan kurikulum dilakukan
Pengembangan kurikulum dilakukan disesuaikan dengan
kondisi perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan masyarakat dan perkembangan
teknologi. Pengembangan dilakukan karena ilmu pengetahuan itu sendiri bersifat
dinamis, selain itu perubahan tersebut dinilai dipengarui oleh kebutuhan
manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara menyeluruh
kurikulum itu tidak berdiri sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh perubahan
iklim ekonomi, politik dan kebudayaan. Perkembangan kurikulum saat ini terus
mengalami perubahan atau pengembangan sesuai dengan tuntutan zaman serta terus
mengalami penyempurnan dalam segi muatan, pelaksanaan dan evaluasinya. Kurkulum
harus mampu mengakodasikan kebutuhan peserta didik yang berbeda secara
individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar, oleh karena
itu merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu tidak mudah harus dapat
melibatkan seluruh stakeholder dalam pendidikan.
D. Kekuatan dan hambatan yang
mempengaruhi pengembangan kurikulum
a. Kekuatan yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum
Sekolah
mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat, terutama
dari perguruan tinggi dan masyarakat.
a)
Perguruan tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari Perguruan
Tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan teknologi
yang dikembangakan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu
pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan
(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Telah diuraikan terdahulu bahwa
pengetahuan dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta
proses pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di Perguruan Tinggi
akan mempengauhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum.
Perkembangan teknolgi selain menjadi isi kurikulum juga mendudkung pengembanagn
alat bantu dan media pendidika.
Kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan juga
mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutam melalui penguasaan ilmu dan
kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya. Penguasaan ilmu, baik ilmu
pendidikan maupun bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan
sangat mempengaruhi pengembangan dan
implementasi kuruikulum di sekolah.
b)
Masyarakat
Sekolah
merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat.
Sebagian bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat di mana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya
mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat di
sekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat
homogen atau heterogen, masyrakat kota atau desa, petani, pedagang atau
pegawai, dan sebagainya. Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di
masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha.
Perkembanagan dunia usaha yang ada dimasyarakat mempengaruhi pengembangan
kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan anak untuk hidup, tetapi juga
untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan dan perusahaan yang ada di masyarakat
menuntut persiapanya di sekolah.
c) Sistem
nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat
sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis.
Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertanggung jawab dalam pemeliharaan
dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan
tersebut harus terintegrasi dalam kurikulum. Masalh utama yang dihadapi para
pengembang kurikulum menghadapi nilai ini adalah, bahwa dalam masyarakat nilai
itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset. Masyarakat
memiliki kelompok-kelomok sosial, spiritual dan seabagainya yang tiap kelompok
sering memiliki nilai yang berbeda. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek
sosial, ekonomi, politik, fifik, estetika, etika, dan religius. Aspek-aspek
tersebutt sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nila yaitu : a) guru hendaknya
mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat, b) guru hendaknya
berpegang pada prinsip demokrasi, etis.\, dan moral, c) guru berusaha
menjadikan didirnya sebagai teladan yang patut ditiru, d) guru menghargai
nila-nilai kelompok lain, e) memahami dan menerima keragaman kebudayan sendiri.
b. Hambatan yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum
Dalam
pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan yaitu Terletak pada guru
yaitu guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal itu
disebabkan oleh beberapa hal seperti kurang waktu, kekurangan kesesuaian
pendapat baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator
dan juga karena kemampuan dan pengetahuan guru sendiri.
Hambatan lain datang dari masyarakat yaitu untuk
pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan
maupun dalam memberikan umapn balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum
yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan
pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input
fakta dan pemikiran dari masyarakat.
Hambatan lain yang dihadapi oleh pengembangan kurikulum
adalah masalah biaya. Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk
kegiatan eksperimen baik metode, isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan
biaya yang sering tidak sedikit.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembagan
kurikulum melibatkan banyak pihak, terutama guru yang mengajar dikelas. Setiap
guru mengemban tanggungjawab secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, pengadministrasian, dan perubahan kurikulum sejauh mana keterlibatan
guru akan turut menentukan keberhasilan pengajaran di sekolah. Guru sebagai
pengembang kurikulum di sekolah harus selalu melakukan evaluasi atau penilaian
kurikulum baik setiap akhir proses pembelajaran maupun selama berlangsung
proses pembelajaran denga tujuan dapat mengetahui kelebihn dan kelemahan dari
pelaksanaan kurikulum dan dapat ditindak lanjuti menuju perbaikan dimasa yang
akan datang.
B. Saran
Makalah ini telah membahas hambatan-hambatan dalam
pengembangan kurikulum, dengan begitu pembaca akan mengetahui hambatan-hambatan
tersebut. Saran dari kelompok kami marila sama-sama kita mencari solusi
mengenai hambatan tersebut dan menerapkan dalam aspek kehidupan, khususnya
dalam pendidikan sehingga kurikulum dapat dikembangkan dengan baik secara
efektif dan efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Nana Syaodi Sukmadinata. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. PT
Remaja Rosakarya. Bandung.
Oemar Hamalik. 2009. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. PT
Remaja Rosakarya. Bandung.
Warni T.Sumar. 2014. Pengembangan Kurikulum. Tim Kreatif Ideas Publishing. Gorontalo